Sabtu, 12 Maret 2011

“CARA HEBAT MENJADI PLAGIAT”

Kegiatan jiplak menjiplak karya memang tak pernah lepas dari kehidupan setiap orang , mereka menjiplak entah itu dalam bidang seni seperti music yang sekarang pun marak , lalu seni fotografi . Kasus penjiplakan itu telah terbukti dengan keluarnya juara pertama pada lomba foto “Access to Health”, yang diselenggarakan oleh IPC 2010 BINUS Jakarta. Dalam lomba foto yang diselenggarakan ini, karya Sutanta Aditya Lubis mendapatkan juara pertama untuk kategori umum. waw mungkin orang-orang terdekatnya sangatlah bangga akan hal tersebut, namun persoalannya, dengan sadar ia “menjiplak” sama dengan karya pewarta foto James Nachtwey.

Untuk itu Forum diskusi Ongkoss mengadakan diskusi bersama Dedy H. Siswandi yang berlangsung di kediamannya di jalan Pandu Dalam I nomor 42. Forum diskusi ini dihadiri oleh , Agung, Abri, Fajar R. dari kampus Manajemen Telkom Jurusan Ilmu Komunikasi, dua pewarta foto dan tulis; Benny dan Roni dari pramuka.com, Tirta T, Eki Akhwan penulis aktif di bandungdailyphoto.com, Dedy H.Siswandi nara sumber, Ricky Nugraha selaku pemakalah dan Moderator diskusi oleh Deni Sugandi.

Sebelumnya kita menilik apa arti plagiat itu sendiri menurut KBBI online plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri, msl menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan. Sedangkan di dalam konteks visual fotografi bisa berarti meniru gagasan karya orang lain, kemudian menyatakan bahwa gagasan tersebut menjadi miliknya. Ini baru tahap gagasan saja, belum dilihat dari bentuk. Gagasan tersebut bisa saja ditiru karena faktor kognitif, sensasi-persepsi, memori dan imajinasi dalam melihat dan mencerap foto-foto yang pernah dilihat sebelumnya, kemudian dihadirkan kembali dalam bentuk gaya yang berbeda.

Dalam forum diskusi yang berlangsung pada sore hari ini membahas dua foto yang kebetulan sama dalam beberapa segi yang pertama adalah dilihat dari bentuk gaya objek yaitu :
dua anak, dengan menggunakan lensa lebar, memenggal separuh kepala anak tersebut. Point of interest gambar ini bukan anak tersebut, tetapi informasi yang terkandungnnya, lingkungan dalam gambar ini menjelaskan, sama-sama sebuah produk perang. James Nachtwey menjelaskan kehancuran sebuah kota di Central Grozn di Checnya tahun 1996 (Dengan judul Ruins of Central Grozn), sedangkan karya satunya milik Sutanta Aditya Lubis memaparkan “perang” himpitan ekonomi di pinggiran kota. Bila disandingkan, dua foto tersebut memang terlihat sama, baik itu pemilihan sudut pengambilan-dari atas, perspektif yang dihasilkan dari efek lensa lebar atau menghadirkan kepala anak separuh, sehingga si pemotret bisa leluasa mengeksplorasi latar pendukung yang mewakili kekuatan anak tersebut. Ide dan gagasan sama, namun maknanya bisa berbeda.

Berikut adalah hasil foto karya dari James Nachtwey - Ruins of Central Grozn.


dan yang satu ini karya dari Sutanta Aditya Lubid - “perang” himpitan ekonomi di pinggiran kota


Mungkin anda bisa berpendapat apakah foto hasil Sutanta ini menjiplak atau hanya terinspirasi saja ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar